Lebak, Minggu (21/9/2025) | Program pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang berlokasi di Kampung Portal, Desa Lebak Parahiyang, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, menuai sorotan warga. Meski tampak kokoh, proyek yang dibiayai dari anggaran tahun 2024 itu dinilai terkesan dipaksakan dan kurang memberi manfaat bagi masyarakat.
Sejumlah warga mengeluhkan instalasi sambungan rumah (SR) yang dipasang di lahan kosong maupun kebun pisang, sehingga dianggap tidak sesuai kebutuhan. Selain itu, aliran air hanya bertahan normal sekitar satu bulan, setelah itu debitnya menurun drastis.
“Airnya paling hanya 30 persen yang keluar, sedangkan 70 persen warga tidak bisa menikmatinya. Kalau begini kan hanya buang-buang anggaran negara,” keluh seorang warga.
Saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, pihak pemborong berinisial H.O membantah tudingan tersebut. Ia menyebutkan bahwa SR di lahan kosong hanya tiga titik dan sudah dimanfaatkan.
“Yang di lahan kosong itu cuma ada tiga mesin SR, nantinya akan dibuat rumah di titik itu. Sekarang sudah dipakai beberapa kontrakan. Tidak ada yang di kebun. Nanti saya cek lagi ke lokasi,” ujarnya.
Namun, hasil pantauan media di lokasi menemukan sembilan unit SR yang berada di lahan kosong maupun kebun warga dan tidak berfungsi optimal.
Ketua RT Desa Lebak Parahiyang membenarkan bahwa distribusi air tidak berjalan normal.
“Awalnya memang lancar, tapi setelah sebulan debit air berkurang. Sekitar 30 persen KPM (Keluarga Penerima Manfaat) masih bisa menikmati, sisanya tidak. Mungkin sumber airnya kecil,” jelasnya.
Tak hanya di Desa Lebak Parahiyang, proyek SPAM yang dikerjakan kontraktor yang sama juga mendapat kritik di Desa Nayagati, Kecamatan Leuwidamar. Warga menilai sumber air yang digunakan tidak layak karena berasal dari saluran kecil yang keruh dan kerap kering saat musim kemarau.
“Kalau musim hujan ada air, tapi keruh bercampur lumpur. Kalau kemarau, kering. Untuk minum jelas tidak berani, paling dipakai untuk mencuci saja karena khawatir banyak kuman,” ungkap seorang warga yang enggan disebut namanya.
Menanggapi kondisi tersebut, ada beberapa pihak menyoroti progam tersebut dan menyatakan akan menggelar aksi unjuk rasa ke Dinas PUPR Kabupaten Lebak.
“Kami akan mendesak PUPR untuk mengecek ulang seluruh proyek SPAM di Kabupaten Lebak. Jangan sampai proyek ini hanya menghamburkan uang negara tanpa memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” tegasnya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Dinas PUPR Kabupaten Lebak belum memberikan keterangan resmi terkait keluhan masyarakat dan dugaan penyimpangan dalam pembangunan SPAM tersebut.
Pewarta: Denis
Editor: Zein
Copyright © JMN 2025
















