KYIV – Pasukan Ukraina telah meluncurkan serangan yang beraniterhadap lokasi pasukan Moskow di wilayah Kursk, Rusia. Serangan pada Sabtu malam ini menyebabkan seorang jenderal terkenal Moskow terluka parah hingga kehilangan lengan dan kakinya
Dinas Intelijen Militer Kementerian Pertahanan Ukraina telah mengonfirmasi serangan tersebut.
“Pada malam 16-17 Agustus, unit-unit Ukraina menimbulkan kerusakan pada sebuah kolom musuh di jalan raya Rylsk-Khomutovka di wilayah Kursk Rusia,” kata dinas tersebut dalam sebuah pernyataan di saluran Telegramnya, yang dikutip RBC, Senin (18/8/2025).
Perwira militer Moskow yang terluka parah itu adalah Letnan Jenderal Esedulla Abachev, Wakil Komandan Grup Pasukan Sever Angkatan Bersenjata Rusia.
“Perwira yang terluka segera diterbangkan dengan pesawat angkut militer ke Rumah Sakit Klinik Militer Pusat Vishnevsky di Moskow. Dia kehilangan lengan dan kaki akibat luka-lukanya,” imbuh dinas intelijen tersebut.
Badan mata-mata militer Kementerian Pertahanan Ukraina itu menekankan bahwa akan ada pembalasan yang adil atas setiap kejahatan perang yang dilakukan pasukan Rusia terhadap rakyat Ukraina.
Sebelumnya, pada awal Juli, sosok yang disebut sebagai “Pahlawan Rusia” yang juga Wakil Panglima Angkatan Laut, Mikhail Gudkov, tewas di wilayah Kursk.
Informasi tersebut dikonfirmasi oleh Oleg Kozhemyako, Kepala Wilayah Primorsky Rusia. Meski perang Rusia-Ukraina terus berkecamuk, Presiden Amerika Serikat Donald Trump terus memediasi kedua pihak untuk membuat kesepakatan damai.
Trump mengatakan Minggu malam bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dapat memilih untuk mengakhiri perang dengan Rusia sesegera mungkin. Namun, merebut kembali Crimea atau bergabung dengan NATO tetap mustahil.
“Presiden Zelensky dari Ukraina dapat mengakhiri perang dengan Rusia segera, jika dia mau, atau dia dapat terus berjuang,” tulis Trump di platform Truth Social-nya, menjelang pertemuannya dengan Zelensky dan para pemimpin Eropa di Gedung Putih pada Senin.
“Tidak mungkin Obama kembali mengingat Crimea (12 tahun lalu, tanpa satu tembakan pun!), dan tidak akan masuk ke NATO oleh Ukraina. Beberapa hal tidak pernah berubah!!!,” lanjut Trump mengacu pada momen lepas Crimea dari Ukraina ketika Barack Obama menjadi presiden AS.
Sebelumnya, utusan tinggi Gedung Putih Steve Witkoff mengungkap hasil kesepakatan dalam perundingan antara Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada Jumat lalu.
Salah satu deal tersebut adalah Ukraina mendapat jaminan keamanan yang kuat dari Amerika dan negara-negara Eropa seperti penerapan Pasal 5 NATO. Witkoff berharap dapat terjadi pertemuan yang produktif dengan Zelensky dan para pemimpin Eropa setelah perundingan Trump dan Putin.
Berbicara di CNN, Witkoff menambahkan bahwa Rusia telah menyetujui konsesi yang tidak disebutkan secara spesifik terkait lima wilayah Ukraina yang menjadi pusat pertempuran, khususnya provinsi Donetsk timur.
“Kami menyetujui jaminan keamanan yang kuat yang akan saya gambarkan sebagai pengubah keadaan,” kata Witkoff. “Rusia telah membuat beberapa konsesi di meja perundingan terkait kelima wilayah tersebut.
Ada diskusi penting terkait Donetsk dan apa yang akan terjadi di sana. Dan diskusi tersebut akan dirinci secara spesifik pada hari Senin,” paparnya. Lima wilayah itu adalah Crimea, Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia dan Kherson. Semuanya dulu wilayah Ukraina, namun kini di bawah kendali Rusia.
Moskow menegaskan kelima wilayah itu bagian dari Rusia setelah referendum. Namun Kyiv tidak mengakui referendum tersebut. Sementara itu, Zelensky menolak tekanan Trump terhadap Kyiv agar membuat kesepakatan damai dengan Moskow.
Dia menegaskan kembali bahwa gencatan senjata harus dilaksanakan lebih dulu sebelum membahas detail kemungkinan penyelesaian akhir perang.
Zelensky menyampaikan pernyataan tersebut pada hari Minggu dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, yang akan mendampinginya ke Washington untuk berunding dengan Trump pada hari Senin.
Pemimpin Ukraina tersebut mengeklaim bahwa Moskow telah mengajukan “banyak tuntutan” terkait penyelesaian perang dan bahwa Kyiv perlu diberitahu tentang tuntutan tersebut. “Jika memang ada banyak tuntutan seperti yang kita dengar, maka akan butuh waktu untuk membahas semuanya,” ujarnya.
Menurut Zelensky, mustahil bagi Ukraina untuk bernegosiasi “di bawah tekanan senjata.” “Gencatan senjata dan kerja sama cepat untuk mencapai kesepakatan akhir sangat penting,” katanya.
Rusia telah berulang kali menolak tuntutan gencatan senjata Ukraina, dengan mengatakan bahwa jeda pertempuran akan dimanfaatkan oleh Kyiv untuk mempersenjatai kembali dan menyusun kembali pasukannya.
Zelensky juga mengesampingkan kemungkinan memberikan konsesi teritorial kepada Rusia sebagai bagian dari kesepakatan damai, dengan mengatakan bahwa “perdagangan tanah” dilarang oleh konstitusi negara Ukraina.