Serang-Geger Cilegon 1888, sebuah peristiwa penting dalam sejarah Banten, bukan hanya sekadar pemberontakan petani. Secara praktis sejarah sekaligus peneliti sejarah peristiwa Geger Cilegon 1888, Bambang Irawan menjelaskan, peristiwa ini merupakan manifestasi dari kerinduan rakyat Banten terhadap para pemimpin mereka sendiri. Pada tanggal 9 Juli 1888 peristiwa ini merupakan gerakan perlawanan rakyat Banten terhadap pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Bambang menjelaskan, latar belakang perlawanan ini berakar dari runtuhnya Kesultanan Banten oleh pemerintah Hindia Belanda yang secara fisik dirobohkan dan keberadaannya dihapus. Geger Cilegon dipicu oleh kebijakan kebijakan kolonial yang merugikan dan merugikan rakyat Banten.
Pada masa itu, rakyat Banten menghadapi berbagai tekanan dari pemerintah Hindia Belanda, termasuk pajak yang tinggi dan pemberlakuan pajak penghasilan. Kondisi ini mendorong para ulama, petani, pedagang, dan bahkan birokrat lokal untuk bersatu melawan penjajah.
“Perlawanan ini bukan hanya pemberontakan semata, melainkan sebuah gerakan revolusi di Indonesia, pada pertemuan-pertemuan yang diadakan secara rahasia, para tokoh seperti Haji Abdul Karim dan Haji Tubagus Ismail merencanakan strategi untuk menggulingkan pemerintahan kolonial. Para tokoh ini menghubungi para ulama dan pemimpin lokal lainnya untuk menyatukan kekuatan,” ujar Bambang saat mengisi Dialog Pagi bersama RRI Banten pada Rabu (10/7/2024).
Ia menyebutkan, puncak perlawanan ini terjadi pada tanggal 9 Juli 1888, ketika pasukan rakyat Banten berhasil menguasai Cilegon. Namun, rencana merebut Karesidenan Banten di Serang mengalami kendala yang tidak sesuai prediksi.
Keterlambatan dalam merebut Serang disebabkan oleh tidak adanya komunikasi yang efektif dan perubahan jadwal yang tidak terduga. Meskipun demikian, peristiwa ini tetap dianggap sebagai simbol perlawanan rakyat Banten terhadap penjajah.
“Geger Cilegon mengajarkan kita betapa pentingnya mengenal sejarah bangsa sendiri. Sejarah bukan hanya sebagai pelajaran di sekolah, tetapi juga sebagai landasan untuk membangun karakter dan jati diri bangsa. Sayangnya, sejarah perlawanan seperti Geger Cilegon saat ini kurang diketahui oleh generasi muda saat ini,” kata Bambang.
Oleh karena itu, menurut Bambang penting bagi pemerintah daerah dan lembaga pendidikan untuk mengenalkan sejarah ini kepada generasi muda agar mereka dapat memahami perjalanan panjang bangsa Indonesia dan belajar dari perjuangan para pendahulu.
“Geger Cilegon merupakan bukti nyata betapa kuatnya semangat perlawanan rakyat Banten terhadap Banten. Kisah ini menjadi pengingat bahwa sejarah adalah tempat kita belajar dan mengambil pelajaran, serta membangun karakter bangsa yang kuat dan berintegritas,” ungkapnya.